KAWANAN 7

Kamis, 03 Desember 2015

OSPF

OSPF (Open Shortest Path First)

Network - Pengertian OSPF (Open Shortest Path First) merupakan sebuah routing protokol berjenis IGRP (InteriorGateway Routing Protocol) yang hanya dapat bekerja dalam jaringan internal suatu ogranisasi atau perusahaan. Jaringan internal maksudnya adalah jaringan di mana Anda masih memiliki hak untuk menggunakan, mengatur, dan memodifikasinya.

OSPF merupakan routing protokol yang menggunakan konsep hirarki routing, artinya OSPF membagi-bagi jaringan menjadi beberapa tingkatan

Efek dari keteraturan distribusi routing ini adalah jaringan yang penggunaan bandwidth-nya lebih efisien, lebih cepat mencapai konvergensi, dan lebih presisi dalam menentukan rute-rute terbaik menuju ke sebuah lokasi.  Teknologi yang digunakan oleh routing protokol ini adalah teknologi link Stateyang memang didesain untuk bekerja dengan sangat efisien dalam proses pengiriman update informasi rute.. Pengguna OSPF biasanya adalah para administrator jaringan berskala sedang sampai besar. Jaringan dengan jumlah router lebih dari sepuluh buah, dengan banyak lokasi-lokasi remote yang perlu juga dijangkau dari pusat, dengan jumlah pengguna jaringan lebih dari lima ratus perangkat komputer, mungkin sudah layak menggunakan routing protocol ini.


.CARA KONFIGURASI OSPF PADA ROUTER CISCO


Cara OSPF Membentuk Hubungan dengan Router Lain
Hal pertama yang harus dilakukannya adalah membentuk sebuah komunikasi dengan para router lain. Router lain yang berhubungan langsung atau yang berada di dalam satu jaringan dengan router OSPF tersebut disebut dengan Neighbour Router atau Router Tetangga. Langkah pertama yang harus dilakukan sebuah router OSPF adalah harus membentuk hubungan denganNeighbor Router.


Router OSPF mempunyai sebuah mekanisme untuk dapat menemukan router tetangganya dan dapat membuka hubungan. Mekanisme tersebut disebut dengan istilah Hello protocol.

Pada kondisi standar, Hello packet dikirimkan berkala setiap 10 detik sekali (dalam media broadcast multiaccess) dan 30 detik sekali dalam media Point-to-Point. Hello packet berisikan informasi seputar pernak-pernik yang ada pada router pengirim. Hello packet pada umumnya dikirim dengan menggunakan multicast address untuk menuju ke semua router yang menjalankan OSPF (IP multicast 224.0.0.5).



CARA KONFIGURASI OSPF PADA ROUTER CISCO


OSPF memiliki 3 tabel di dalam router :

  1. Routing table biasa juga disebut sebagai Forwarding database. Database ini berisi the lowest cost untuk mencapai router-router/network-network lainnya. Setiap router mempunyai Routing table yang berbeda-beda.
  2. Adjecency database, Database ini berisi semua router tetangganya. Setiap router mempunyai Adjecency database yang berbeda-beda.
  3. Topological database, Database ini berisi seluruh informasi tentang router yang berada dalam satu networknya/areanya.

Kelebihan dari OSPF sebagai berikut

  • Tidak menghasilkan routing loop
  •  Mendukung penggunaan beberapa metrik sekaligus
  • Dapat menghasilkan banyak jalur ke sebuah tujuan
  •  Membagi jaringan yang besar mejadi beberapa area.
  • Waktu yang diperlukan untuk konvergen lebih cepat

Kekurangan dari OSPF sebagai berikut :

  • Membutuhkan basis data yang besar
  • Lebih rumit
Demikian Penjelasan mengenai OSPF (Open Shortest Path First). Semoga postingan ini bermanfaat bagi teman-teman.

CLASSLESS INTER-DOMAIN ROUTING (CIDR)


Classless Inter-Domain Routing (disingkat menjadi CIDR) atau yang biasa disebut juga dengan supernetting adalah sebuah cara alternatif untuk mengklasifikasikan alamat-alamat IP berbeda dengan sistem klasifikasi ke dalam kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E.
Supernetting menyebabkan informasi yang disimpan di router (yang dipertukarkan dengan router lain) akan sangat besar.Pada contoh sebelumnya : kalau menggunakan alamat kelas B hanya akan ada satu entry; bila menggunakan kelas C akan ada 256 entry.


CIDR dikembangkan sebagai sebuah cara untuk menggunakan alamat-alamat IP yang tidak terpakai tersebut untuk digunakan di mana saja. Pada CIDR, satu blok alamat dinyatakan oleh satu entry dengan format (network address, count).



Network address adalah alamat terkecil dari suatu blok. Count menyatakan jumlah total network address di dalam suatu blok. Contoh : pasangan (192.5.48.0,3) menyatakan tiga network address yaitu 192.5.48.0, 192.5.49.0, 192.5.50.0

Dalam kenyataan, CIDR tidak hanya berlaku untuk kelas C. CIDR mensyaratkan ukuran setiap blok alamat merupakan kelipatan dua dan menggunakan bit masks untuk mengidentifikasi ukuran blok.

  • Misalnya suatu organisasi diberi 2048 alamat yang berurutan mulai dari 128.211.168.0, maka range

alamatnya adalah :
128.211.168.0 (10000000 11010011 10101000 00000000) : the lowest
128.211.175.0 (10000000 11010011 10101111 00000000) : the highest

CIDR memerlukan dua item untuk menyatakan suatu blok alamat 32 bit lowest address dan 32-bit masks. Untuk contoh di atas, mask CIDR terdiri dari 21 bit "1", yang artinya pemisahan anatra prefix dan suffix terjadi setelah bit ke-21.

- Mask : 11111111 11111111 11111000 00000000

Maka, Slash notation untuk contoh sebelumnya adalah 128.211.168.0/21 dimana 21 menyatakan 21-bit masks.

CIDR merupakan mekanisme routing yang lebih efisien dibandingkan dengan cara yang asli, yakni dengan membagi alamat IP jaringan ke dalam kelas-kelas A, B, dan C. Masalah yang terjadi pada sistem yang lama adalah bahwa sistem tersebut meninggalkan banyak sekali alamat IP yang tidak digunakan.

CIDR dikembangkan sebagai sebuah cara untuk menggunakan alamat-alamat IP yang tidak terpakai tersebut untuk digunakan di mana saja. Dengan cara yang sama, kelas C yang secara teoritis hanya mendukung 254 alamat tiap jaringan, dapat menggunakan hingga 32766 alamat IP, yang seharusnya hanya tersedia untuk alamat IP kelas B.

Pengertian CIDR (Classess Inter Domain Routing)
Yaitu cara alternatif untuk membedakan-bedakan alamat IP dengan sistem klasifikasi ke dalam kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E. Disebut juga sebagai supernetting. CIDR merupakan mekanisme routing yang lebih hebat dibandingkan dengan cara yang asli yaitu dengan membagi alamat IP jaringan ke dalam kelas-kelas A, B, dan C.

Masalah yang terjadi pada sistem yang lama adalah bahwa sistem tersebut terlalu banyak meninggalkan alamat IP yang tidak digunakan seperti alamat IP kelas A secara teori mendukung hingga 16 juta host komputer yang dapat terhubung, wow jumlah yang sangat besar. Dalam kenyataannya para pengguna alamat IP kelas A jarang yang memiliki jumlah host sebanyak itu sehingga menyisakan sangat banyak ruang kosong di dalam alamat IP yang telah disediakan.
CIDR dikembangkan sebagai cara untuk menggunakan alamat-alamat IP yang tidak terpakai tersebut untuk dapat digunakan di mana saja.

Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat permasalahan yaitu Jumlah Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok subnet, dan Alamat Host-Broadcast.
Tidak semua subnet mask bisa dugunakan untuk melakukan subnetting. oleh sebabitu sebelum kita praktek penghitungan metode ini, kita harus tahu dulu SubnetMask berapa sajakah yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting, subnet mask yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting pun berbeda-beda mengikuti kelas-kelasnya yaitu :

kelas C : /25 sampai /30 (/25, /26, /27, /28, /29, /30)
kelas B : /17 sampai /30 (/17, /18, /19, /20, /21, /22, /23, /24, /25, /26,/27, /28, /29, /30)
kelas A : /8 sampai /30(/8,/9,/10,/11,/12,/13,/14,/15,/16,/17,/18,/19,/20,/21,/22,/23,/24,/25,/26,/27,/28,/29,/30)





CLASSLESS ROUTING DAN CIDR


Classful Routing Protocol adalah : penerapan subnet secara penuh atau default. /24,/16,/8

artinya penggunaan kelas full dikonsep ini. Classful routing protocols juga ialah suatu protocol dimana protokol ini tidak ‘membawa’ routing mask information ketika update routing atau routing advertisements. Ia hanya membawa informasi ip-address saja, dan menggunakan informasi default mask sebagai mask-nya. Dynamic routing Classfull : Rip V1, IGRP. Classfull merupakan metode pembagian IP address berdasarkan kelas IP address ( yang berjumlah sekitar 4 milyar ) dibagi kedalam lima kelas yakni:

Address kelasA
1 bit pertama IP Address-nya“0”

Address kelas B
2 bit pertama IP Address-nya“10”

Address kelas C
3 bit pertama IP Address-nya“110”

Address kelas D
4 bit pertama IP Address-nya“1110”

Address kelas E

4 bit pertama IP Address-nya“1111”

Kelebihan :
  • tidak perlu menyertakan subnetmask pada update routing

Kekurangan classfull routing protocol :
  • Tidak mendukung vlsm
  • ketidakmampuanuntunk mendukung jaringan discontiguous.

jenis-jenis Classful Routing Protocol :

RIP V1(Routing Information Protocol)
RIP merupakan routing information protokol yang memberikan routing table berdasarkan router yang terhubung langsung, Kemudian router selanjutnya akan memberikan informasi router selanjutnya yang terhubung langsung dengan itu. Adapun informasi yang dipertukarkan oleh RIP yaitu : Host, network, subnet, rutedefault.

Karakteristik RIP versi 1
  • Distance Vector Routing Protocol
  • Menggunakan metric yaitu hop count
  • Maximum hop count adalah 15. 16 dianggap sebagai unreachable
  • Mengirimkan update secara periodic setiap 30 sec
  • Mengirimkan update secara broadcast ke 255.255.255.255
  • Mendukung 4 path Load Balancing secara default maximumnya adalah 6
  • Menjalankan auto summary secara default
  • Paket update RIP yang dikirimkan bejenis UDP dengan nomor port 520
  • Bisa mengirimkan paket update RIP v.1 dan bisa menerima paket update RIP v.1 dan v.2
  • Berjenis classful routing protocol sehingga tidak menyertakan subject mask dalam paket update.Akibatnya RIP v.1 tidak mendukung VLSM dan CIDR.
  • Mempunyai AD 120

Kelebihan
  • Menggunakan metode Triggered Update.
  • RIP memiliki timer untuk mengetahui kapan router harus kembali memberikan informasi routing.
  • Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus mengirimkan informasi routing karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered update).
  • Mengatur routing menggunakan RIP tidak rumit dan memberikan hasil yang cukup dapat diterima, terlebih jika jarang terjadi kegagalan link jaringan.

Kekurangan
  • Jumlah host Terbatas
  • RIP tidak memiliki informasi tentang subnet setiap route.
  • RIP tidak mendukung Variable Length Subnet Masking (VLSM).
  • Ketika pertama kali dijalankan hanya mengetahui cara routing ke dirinya sendiri (informasi lokal) dan tidak mengetahui topologi jaringan tempatnya berada
  • hanya mendukung routing classfull
  • tidak ada info subnet yang dimasukkan dalam perbaikan routing
  • tidak mendukung VLSM (Variabel Length Subnet Mask)
  • perbaikan routing broadcast


IGRP
The Interior Gateway Routing Protocol (IGRP) adalah sebuah routing protocol berpemilik yang dikembangkan pada pertengahan tahun 1980-an oleh Cisco Systems, Inc Cisco tujuan utama dalam menciptakan IGRP adalah untuk menyediakan protokol yang kuat untuk routing dalam sistem otonomi (AS). IGRP memiliki hop maksimum 255, tetapi defaultnya adalah 100. IGRP menggunakan bandwidth dan garis menunda secara default untuk menentukan rute terbaik dalam sebuah internetwork (Composite Metrik).

Pada IGRP ini routing dlakukan secara matematik berdasarkan jarak. Untuk itu pada IGRP ini sudah mempertimbangkan hal berikut sebelum mengambil keputusan jalur mana yang akan ditempuh. Adapun hal yang harus diperhatikan : load, delay,bandwitdh, realibility.

Kekurangan dan kelebihan IGRP :
  • IGRP tidak meningkatkan fitur konvergensi dan efesien pengopersaian sinyal
  • IGRP dan EIGRP saling kompatibel memberikan interoperability tanpa batas dengan ruter IGRP
  • IGRP tidak mendukung multiprotocol
  • IGRP mempunyai hop count sampai 255
  • IGRP menggunakan metrik yang panjangnya 32 bit, yang memberi faktor skala256([10000000/BW]*2560

DISCONTIGUOUS SUBNETS

Discontiguous Subnets
One of the problems frequently encountered with classful routing protocols is the need to support discontiguous subnets. A discontiguous subnet is two or more portions of a major network that are divided by another major network. Figure 3.3 illustrates the concept.

As shown, the major network 10.0.0.0 is split by the network 192.168.10.0. When running a classful routing protocol, RIP for example, each router believes that the major network is contained entirely outside its interface. Therefore, the router on the left believes that the entire 10.0.0.0 network is available outside the interface connected to the left. The same is true for the router on the right.

Administrators can resolve discontiguous subnet problems by using tunnels, or secondary interfaces, to link the two portions of the major network. This, in effect, makes the two networks contiguous. A better solution is to use a classless routing protocol that can summarize and accurately maintain information regarding the two halves of the network. This also avails VLSM and other features to the network and typically simplifies administration.

Discontiguous networks can be addressed with static mappings and other techniques; however, this can lead to black holes. This concept is presented in Chapter 13; briefly however, a black hole may leave a network unreachable under various failure scenarios.

Address Summarization
Address summarization provides a powerful function in IP networks. Under normal circumstances, each subnet would require a routing entry on every router in order to get packets to their destination. Thus, a collection of 32 subnets would require 32 routes on every router.

However, the router is concerned only with the path to the destination. As noted previously, a single default route could provide this path. While this configuration seriously limits redundancy and scalability in the network, it is a reasonable solution.
The compromise approach incorporates address summarization. Summarization can present hundreds of routes as a single entry in the routing table. This reduces memory demands and can prevent the need to recalculate a route should only a portion of the summarized network fail. For example, if 10.0.0.0 is available only via the FDDI (Fiber Distributed Date Interface) ring, it makes little difference if 10.12.24.0 is unavailable because the administrator shut down its interface.

Consider the following block of network addresses:
  192.168.4.0
  192.168.5.0
  192.168.6.0
  192.168.7.0

Each of these addresses would typically be deployed with the natural Class C mask—255.255.255.0. This would result in four route entries and four access-list entries. However, it would be much more efficient to use a single route entry and a single access list to represent all four address blocks.
Consider the binary representation of these addresses :


Notice how the only variance in the addresses is limited to two bits, offset in bold? In order for the router to understand the range of addresses that is important, the administrator need only define the base address— 192.168.4.0—and the number of bits that are significant—22. The 23rd and 24th bits don’t matter, as whatever they equal still meets the range.

As a result of summarization, the network may be referenced as 192.168.4.0/22, or 255.255.252.0—the 23rd and 24th bits are moot. This summarization may be used in access lists (defined with a wildcard mask) or routing entries, although administrators should take care when using summarization and non-subnet-aware routing protocols. This topic will be discussed in detail in Chapter 4.

Summarization can be accomplished because the range of addresses meets two very important criteria. These are:

The range of addresses is a power of two. In this example, there are four addresses in the range.
  • The significant byte, which in this example is the third octet, is a multiple of the number of subnets in the range. Again, this number is four.
Consider summarization in a network’s design along with addressing. An addressing plan that places three subnets in each remote office will likely not summarize at all—192.168.3.0 through 192.168.5.255, for example. This leads to inefficiencies that are too important to ignore if the network is to scale, and as a result it is generally preferable to skip addresses in the assignment process so that each range provides for growth and evenness. It is not uncommon to assign eight 254-host networks to a fairly small office, although it is practical to do so only when using RFC 1918 address space.

Beyond the academic presentation of summarization, designers will find in subsequent chapters and their designs that summarization is imperative to the configuration of a hierarchical network. Without effective summarization, the network cannot scale and becomes difficult to administer.

Rabu, 02 Desember 2015

HIERARCHICAL TOPOLOGY

Untuk memenuhi bisnis pelanggan Anda dan tujuan komunikasi untuk desain jaringan perusahaan, Anda mungkin perlu untuk merekomendasikan suatu topologi jaringan yang terdiri dari banyak potongan dan bagian tentu usaha menakutkan?. Usaha ini dapat dibuat lebih mudah jika Anda dapat mematahkan segalanya dan mengembangkan desain dalam potongan, atau lapisan. Breaking desain ke dalam lapisan seperti memotong pizza menjadi irisan bukannya mencoba untuk makan pizza keseluruhan sekaligus, Anda dapat mencoba merancang seluruh jaringan secara keseluruhan, tapi saus tomat mungkin menetes di depan Anda.


Gambar : Desain hirarkis dengan Router (Core), Saklar (Distribusi), dan Hub (Access)

Model jaringan hierarkis desain berfungsi untuk membantu Anda mengembangkan topologi jaringan di lapisan terpisah. Setiap lapisan berfokus pada fungsi-fungsi tertentu, memungkinkan Anda untuk memilih peralatan yang tepat dan fitur untuk lapisan. Sebagai contoh, pada Gambar diatas, kecepatan tinggi WAN router membawa lalu lintas di tulang punggung perusahaan, kecepatan menengah-router menghubungkan bangunan di setiap kampus, dan switch dan hub menghubungkan perangkat pengguna dan server dalam bangunan. 

Model topologi hirarki terdiri dari sebagai berikut:
  1. Lapisan inti dari router high-end dan switch dioptimalkan untuk ketersediaan jaringan dan kinerja.
  2. Lapisan distribusi router dan switch melaksanakan keputusan forwarding.
  3. Lapisan akses menghubungkan pengguna melalui hub, bridge, switch, atau router. Lebih lanjut tentang model hirarkis dibahas dalam bagian "Hierarchical Model" kemudian dalam bab ini.

Jaringan yang tumbuh tanpa rencana di tempat cenderung untuk mengembangkan dalam format yang terstruktur. Dr Peter Welcher, penulis desain jaringan dan teknologi artikel untuk Cisco Dunia dan publikasi lainnya, mengacu pada jaringan yang tidak direncanakan sebagai jaringan bulu-bola.
Dr Welcher menjelaskan kelemahan dari suatu topologi bulu-bola dengan menunjukkan masalah yang terlalu banyak unit pengolahan pusat (CPU) adjacencies menyebabkan. Ketika perangkat jaringan berkomunikasi dengan perangkat lain, beban kerja yang diperlukan dari CPU pada semua perangkat dapat berat. Dalam sebuah jaringan besar datar, atau diaktifkan,, misalnya, bingkai siaran yang memberatkan. Bingkai menginterupsi siaran CPU pada masing-masing perangkat dalam domain siaran, dan waktu proses tuntutan pada setiap perangkat, termasuk router, workstation, dan Menggunakan model hirarkis membantu Anda untuk meminimalkan biaya jaringan karena Anda dapat membeli perangkat jaringan yang tepat untuk setiap lapisan hirarki. 

Hal ini pada gilirannya menghindari pengeluaran uang pada fitur-fitur yang tidak perlu untuk lapisan, bukan seperti membeli alat rumah dengan fitur yang Anda tidak akan digunakan, seperti microwave dengan pemegang sikat gigi. Sifat modular dari model desain hirarki juga memungkinkan Anda untuk merencanakan kapasitas jaringan secara akurat dalam setiap lapisan hirarki, yang berarti Anda dapat mengurangi bandwidth yang terbuang dalam jaringan Anda. Yang membuat orang keuangan Anda bahagia karena Anda tidak membayar untuk sesuatu yang tidak Anda gunakan. Jaringan tanggung jawab manajemen dan sistem jaringan manajemen juga dapat diterapkan pada lapisan jaringan Anda untuk mengontrol biaya. Sekali lagi, ini dimungkinkan karena dari arsitektur modular jaringan Anda. 
modularitas Jaringan memungkinkan Anda untuk menyimpan setiap elemen desain yang sederhana dan mudah untuk mengelola. Pengujian desain jaringan dibuat mudah karena ada fungsi yang jelas pada setiap lapisan. Fault isolasi meningkat karena jaringan titik transisi mudah untuk diidentifikasi. 

Sebuah desain hirarkis memudahkan perubahan dalam lingkungan jaringan. Sebuah Layer 3 switch membantu mengimplementasikan topologi hirarki. Sebagai suatu jaringan membutuhkan perubahan, seperti lebih banyak pengguna bergabung jaringan atau teknologi refresh / upgrade, biaya pembuatan upgrade ke infrastruktur jaringan terkandung ke bagian kecil dari jaringan. Hal ini mirip dengan meletakkan topping pizza di pizza setengah daripada keseluruhan. Dalam besar, arsitektur jaringan datar dampak, perubahan sejumlah besar perangkat jaringan dan sistem. Menggantikan salah satu perangkat jaringan dalam jaringan yang besar dapat mempengaruhi jaringan lain banyak karena jaringan interkoneksi antara masing-masing, seperti digambarkan pada Gambar berikut.


Gambar : Mengganti Switch dalam Jaringan Besar 
Catatan : 
Kadang-kadang mengambil semua atau bagian dari jaringan ke bawah untuk membuat perubahan yang tidak dapat dihindari. Cara terbaik adalah untuk mengijinkan user Anda tahu secepat mungkin saat jaringan akan tidak tersedia, dan untuk berapa lama. (red)

Karena skalabilitas sering merupakan tujuan utama dari setiap desain jaringan, topologi hirarki direkomendasikan karena modularitas dalam desain memungkinkan Anda untuk membuat potongan-potongan desain yang dapat disalin seiring berkembangnya jaringan, tidak seperti menggunakan cookie cutter untuk membuat bentuk cookie yang sama. Karena setiap modul jaringan adalah, sama perluasan jaringan mudah untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengelola, hanya karena mudah untuk menggunakan cookie cutter Anda untuk membuat 1 atau 100 cookie dengan bentuk yang sama. Sebagai contoh, perencanaan jaringan kampus untuk situs baru mungkin saja masalah desain kampus menyalin jaringan yang ada. Jika berhasil, mengapa membuat dari awal?

Hierarchical Model



Lapisan inti adalah kecepatan-tinggi switching dan backbone routing dan harus dirancang untuk melewatkan lalu lintas jaringan secepat mungkin. Ini lapisan jaringan tidak boleh melakukan manipulasi frame atau paket, seperti daftar akses dan penyaringan, yang akan memperlambat switching lalu lintas dan pada gilirannya menghasilkan kurang dari lingkungan "kecepatan tinggi".

Lapisan distribusi jaringan merupakan titik demarkasi antara akses dan lapisan inti dan membantu mendefinisikan dan membedakan inti. Tujuan dari layer distribusi adalah untuk menentukan batas-batas jaringan dan adalah titik dalam jaringan di mana manipulasi paket dapat berlangsung. Lapisan distribusi mana akses daftar dan penyaringan (berdasar pada Layer 2 Layer 3 MAC atau alamat jaringan) akan berlangsung, menyediakan keamanan jaringan. Lapisan distribusi juga dimana domain broadcast didefinisikan dan lalu lintas antara VLAN yang diarahkan. Jika ada media transisi yang perlu terjadi, seperti antara Ethernet 10-Mbps dan 100 Mbps Fast Ethernet segmen jaringan, transisi ini juga terjadi di layer distribusi.

Lapisan akses adalah titik di mana pengguna akhir lokal diperkenankan masuk ke dalam jaringan. Lapisan akses mungkin juga menggunakan daftar akses atau filter untuk lebih memenuhi kebutuhan set tertentu dari pengguna. 
Lapisan akses dimana fungsi seperti berbagai bandwidth, penyaringan di MAC (Layer 2) alamat, dan microsegmentation dapat terjadi.

Layer 3 Switching

Layer 3 switch menggunakan alamat jaringan untuk mengidentifikasi di mana host berada pada jaringan. Sedangkan Layer 2 switch hanya membaca lapisan data link (MAC) alamat, Layer 3 switch membaca baik MAC dan alamat jaringan mengidentifikasi di mana dalam jaringan sebuah host yang terletak dari sudut pandang topologi baik secara fisik dan logis.

beroperasi pada Layer 3 Switch lebih cerdas daripada perangkat Layer 2 Layer 3 karena beralih fungsi menggabungkan routing menghitung cara terbaik untuk mengirimkan lalu lintas ke tujuannya. Namun, meskipun Layer 3 switch lebih cerdas, mereka mungkin tidak cepat jika algoritma mereka, kain, dan prosesor tidak mendukung kecepatan tinggi. Beberapa vendor switch Layer 3 memiliki sirkuit terintegrasi khusus aplikasi-spesifik (ASICs,) (diucapkan "a-sicks") yang memungkinkan Layer 3 switching untuk secepat Layer 2 switching. 
Sebuah ASIC adalah chip yang khusus dirancang untuk aplikasi khusus daripada chip untuk keperluan umum seperti mikroprosesor yang ditemukan disebuah komputer pribadi (PC).

SUBNETTING


Subnetting adalah proses memecah suatu IP jaringan ke sub jaringan yang lebih kecil yang disebut "subnet." Setiap subnet deskripsi non-fisik (atau ID) untuk jaringan-sub fisik (biasanya jaringan beralih dari host yang mengandung satu router -router dalam jaringan multi).



Subnet Mask Notasi

Ada dua bentuk notasi subnet, notasi standar dan CIDR (Classless Internet Domain Routing) notasi. Kedua versi dari notasi menggunakan alamat dasar (atau alamat jaringan) untuk menentukan titik awal jaringan, seperti 192.168.1.0. Ini berarti bahwa jaringan dimulai di 192.168.1.0 dan host mungkin pertama alamat IP di subnet ini akan 192.168.1.1.

Dalam standar subnet mask notasi, empat oktet nilai numerik digunakan sebagai dengan alamat dasar, misalnya 255.255.255.0. Topeng standar dapat dihitung dengan menciptakan empat biner oktet nilai untuk masing-masing, dan menempatkan biner digit .1. dengan ramuan jaringan, dan menempatkan digit biner 0. dengan ramuan jaringan. Pada contoh di atas nilai ini akan menjadi 11111111.11111111.11111111.00000000. Dalam kombinasi dengan alamat dasar yang Anda memiliki definisi subnet, dalam hal ini subnet dalam notasi standar akan 192.168.1.0 255.255.255.0.

Dalam notasi CIDR, jumlah 1.s dalam versi biner dari topeng dihitung dari kiri, dan jumlah yang ditambahkan ke akhir dari alamat dasar setelah slash (/). Pada contoh di sini subnet akan dicatatkan dalam notasi CIDR sebagai 192.168.1.0/24.
Kapan Subnetting Digunakan?

Subnet dibuat untuk membatasi ruang lingkup lalu lintas siaran, untuk menerapkan keamanan jaringan tindakan, untuk memisahkan segmen jaringan berdasarkan fungsi, dan / atau untuk membantu dalam menyelesaikan masalah kemacetan jaringan ..,

subnet A biasanya terdiri dari router jaringan, sebuah switch atau hub, dan setidaknya satu host
Bagaimana saya bisa Hitunglah Jumlah maksimum Host untuk Subnet Mask?

Untuk menghitung jumlah maksimum host untuk subnet mask, mengambil dua dan meningkatkan itu dengan jumlah bit yang dialokasikan untuk subnet (menghitung jumlah 0.s nilai subnet mask biner) dan kurangi dua. Anda harus kurangi dua dari nilai yang dihasilkan karena nilai pertama dalam kisaran alamat IP (semua 0s) disediakan untuk alamat jaringan, dan nilai terakhir dalam kisaran alamat IP (semua 1s) disediakan untuk alamat broadcast jaringan. Misalnya, DSL jaringan biasa digunakan 8 bit untuk subnet mereka. Jumlah host diijinkan untuk suatu jaringan DSL dapat dihitung dengan rumus berikut: host max = (2 ^ 8) -2 = 254 host.

Ketika Anda subnet jaringan, jumlah bit diwakili oleh subnet mask akan berkurang. Anda mengurangi oktet dalam rangka mulai dari nilai paling kanan dan lanjutkan kiri saat Anda mencapai nilai nol. Topeng nilai turun sebesar kelipatan dari dua setiap kali Anda memisahkan jaringan ke dalam subnet yang lebih. Nilai adalah 255, 254 *, 252, 248, 240, 224, 224, 192, 128. Setiap penurunan menunjukkan bahwa sedikit tambahan telah dialokasikan. Setelah 128, bit berikutnya dialokasikan akan mengurangi oktet keempat ke 0, dan oktet ketiga akan mengikuti perkembangan yang sama 8-angka.

Sebagai contoh, subnet mask angka desimal bertitik dari 255.255.255.255 menunjukkan bahwa tidak ada bit telah dialokasikan dan jumlah maksimum host adalah 1 (0 ^ 1 = 1). Subnet mask 255.255.255.128 menunjukkan bahwa jumlah maksimal host adalah 128. Dan subnet mask 255.255.128.0 menunjukkan bahwa jumlah maksimum host 32.786.

* 254 bukan angka yang benar untuk oktet keempat karena tidak ada alamat yang tersedia untuk host. yaitu (2 ^ 1) -2 = 0.

VLSM

Subnetting VLSM


Pengertian Subnetting VLSM adalah salah satu cara untuk memecah jaringan komputer menjadi jaringan-jaringan yang lebih kecil dibawahnya. Tujuan pemecahan ini adalah untuk menghindar Collision dan mengantisipasi keterbatasan IP Address. Subnet dibuat dengan mengorbankan satu atau beberapa host, sehingga bit-bit yang tadinya diperuntukkan buat indentifikasi host maka dijadikan menjadi bit jaringan. Permasalahan yang muncul dengan adanya subnet ini adalah munculnya subnetid yang diambil dari kelipatan bit host tadi, akibatnya pengenal jaringan yang secara default dinyatakan dengan bit bit nol dengan adanya subnet maka pengenal jaringan tidak lagi bit bit nol melainkan bit bit kelipatan subnet yang dimasking. IP dengan bit bit nol dan bit bit satu misalnya 192.168.0.0 atau 255.255.255.255 tidak dapat dipakai, bit-bit ini sering diistilahkan dengan subnetmask zeros dan subnetmask ones.

Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa ini artinya? 

Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? 

Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). 

Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT. Subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu:

  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y - 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 - 2 = 62 host
  3. Blok Subnet = 256 - 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.